Selasa, 18 Desember 2012

Cara Mengurangi Risiko Kelahiran Prematur

Oleh Nia Dwi Yuliati

Kelahiran prematur atau sebelum waktunya bisa menimbulkan beberapa risiko baik bagi bayi maupun ibunya. Meski begitu kondisi ini bisa dicegah dengan melakukan beberapa hal. Kelahiran prematur tidak bisa dianggap enteng karena dapat memicu masalah kesehatan seperti keterlambatan perkembangan, penyakit paru-paru kronis serta cerebral palsy. Serta dapat mempengaruhi emosional dan finansial dari keluarga.
"Kami tidak memahami mekanisme kelahiran prematur yang cukup aman, sehingga dibutuhkan cara yang efektif untuk mencegah hal tersebut," ujar Ronald Gibbs, MD, ketua departemen obestetri dan ginekologi dari University of Colorado Health Sciences Center di Denver, seperti dikutip dari Parenting.com. Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu diketahui dan dilakukan untuk membantu mencegah kelahiran prematur yaitu:
1.      Mendapatkan perawatan sejak awal kehamilan
Mengunjungi dokter sejak diketahui hamil atau saat mencoba untuk hamil bisa bantu kurangi risiko kelahiran prematur. Biasanya dokter akan menyarankan pola makan yang benar seperti asam folat dan vitamin B, berat badan yang tepat, pemberian suplemen atau vitamin jika diperlukan serta pemeriksaan terhadap risiko infeksi yang membahayakan kehamilan.
2.      Mengetahui risiko diri sendiri
Ketahui faktor risiko yang dimiliki seperti apakah merokok, memiliki tekanan darah tinggi, diabetes, usia saat hamil, pernah memiliki komplikasi kehamilan sebelumnya atau tidak, berat badan yang dimiliki serta faktor genetik lainnya. Konsultasikan dengan dokter untuk meminimalkan risiko yang ada.
3.      Melakukan pemeriksaan terhadap infeksi saluran kemih
Studi menunjukkan infeksi pada rahim bisa dimulai dari saluran kemih dan menyebabkan kelahiran prematur. Seperti infeksi bakteri di vagina membuat tubuh melepaskan zat kimia pelawan infeksi (sitokin) yang menyebabkan peradangan yang nantinya memicu pelepasan prostaglandin (zat kimia yang memicu kontraksi dan pelebaran leher rahim).
4.      Mengunjungi dokter gigi secara teratur
Pemeriksaan ke dokter gigi bisa membantu cegah kelahiran prematur. Hal ini karena perubahan hormon selama kehamilan membuat perempuan lebih renan terhadap radang gusi (bengkak, gusi merah dan penyakit gusi). Kondisi ini memicu penyebaran infeksi lebih lanjut yang mempengaruhi kehamilan.
5.      Perhatikan berat badan
Memiliki kenaikan berat badan yang berlebih ketika hamil memberikan peluang lebih besar terhadap komplikasi seperti diabetes gestational dan preeklampsia yang meningkatkan risiko persalinan prematur.
6.      Memiliki pola makan yang benar dan olahraga
Mengonsumsi makanan bergizi selama kehamilan seperti gandum, sumber protein sehat, susu, buah dan sayur membantu perkembangan janin sehat. Konsumsi kadar asam lemak omega 3 yang lebih tinggi menurunkan risiko kelahiran prematur. Sedangkan olahraga bantu cegah diabetes gestational dan preeklampsia.
7.      Mencegah stres dan depresi
Perempuan hamil yang mengalami depresi atau cemas memiliki peningkatan 2 kali lipat terhadap kelahiran prematur. Untuk itu cegah stres dan depresi dengan melakukan hal-hal yang disukai serta berlatih yoga atau meditasi untuk membantu merilekskan tubuh.

Sabtu, 15 Desember 2012

PERSALINAN PREMATUR BISA AKIBAT SAKIT GIGI SAAT HAMIL!


Oleh Nia Dwi Yuliati
Untuk para ibu-ibu yang pernah menjalani kehamilan, pasti banyak merasakan keluhan-keluhan wajar didalamnya. Dari gejala populer;mual,muntah,ngidam,badan tersa pegal-pegal,malas makan, kadang susah tidur atau sampai sering buang air kecil. Keluhan lainnya yang juga sering ada pada beberapa bumil adalah peradangan gusi (ginggivitis) yang kadang timbul mendadak akibat perubahan kondisi hormonal selama kehamilan. dari keluhan gusi bengkak,mudah berdarah dan timbul nyeri. Namun siapa sangka akibat masalah gigi atau peradangan gigi, jika tidak ditangani dengan baik bisa sebabkan persalinan prematur bayi. Nah untuk menilik lebih lanjut kita lihat sedikit penjelasan dari Dr.Iskandar.M,SpOG. berikut ini;
Masalah gusi ini sering terjadi dimulai pada trimester pertama, dan kondisi yang paling buruk peradangan biasanya terjadi pada trimester ketiga (sekitar UK 8 bulan). Dan saat usia kehamilan 9 bulan, biasanya masalah gusi akan berkurang seiring penurunan hormon bumil. Selain pengaruh hormonal, kebiasaan ngemil dan frekuensi makan yang lebih sering bisa menyebabkan penumpukan plak lebih cepat sehingga mudah terjadi lubang gigi (karies). Tingkat keasaman rongga mulut akibat muntah-muntah yang biasa disebut morning sicness juga mengakibatkan rentan erosi email gigi. Jika sudah sampai pada kesulitan menelan dan susah makan, resiko bayi lahir rendah juga tinggi.
Atau jika sebelum hamil ibu sudah mempunyai gigi berlubang yang tidak segera ditambal, dampaknya bisa lebih berat saat kehamilan. karena lubang gigi disebabkan kuman streptoccocus mutans yang dapat menyebar melalui aliran darah dan menuju jantung, disini gangguan jantung juga bisa terjadi. Pada masalah peradangan/masalah pada gigi dan gusi tersebut juga dapat merangsang tubuh meningkatkan hormon prostaglandin (semacam hormon sensor reaksi radang pada tubuh). Dan parahnya efek hormon ini pada rahim adalah penyebab kontraksi. Sehingga resiko kelahiran/persalinan prematur pada trimester pertama dan kedua bisa terjadi (usia kehamilan dibawah 28 minggu).

Selasa, 11 Desember 2012

TANDA PERSALINAN PREMATUR



Oleh Nia Dwi Yuliati
Tanda-tanda persalinan premature. Tanda-tanda dan gejala persalinan prematur sebagian besar sama dengan persalinan normal. Tanda-tandanya terkadang samar sehingga sulit untuk dikenali dan tak terduga.
§  Kontraksi setiap 10 menit atau lebih sering dalam satu jam (lima atau lebih kontraksi rahim dalam satu jam)
§  Kram seperti menstruasi yang dirasakan di perut bagian bawah yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul. Kram perut ini bisa terjadi dengan atau tanpa diare
§  Nyeri punggung bawah yang terasa di bawah pinggang yang terjadi terus-menerus atau hilang-timbul
§  Tekanan panggul yang terasa seperti bayi mendorong ke bawah
§  Cairan encer yang keluar dari vagina. Cairan vagina meningkat jumlahnya atau berubah warna.
Jika ibu hamil merasa mengalami tanda-tanda dan gejala di atas, segeralah menghubungi dokter.
Pencegahan persalinan premature : Ibu hamil dapat mencegah persalinan prematur dengan mengurangi faktor-faktor risiko di atas, meskipun tentu saja tidak ada jaminan ia tidak akan mengalaminya. Sebelum kehamilan, ibu hamil dapat mendeteksi dan mengobati segala jenis masalah kesehatan seperti infeksi, diabetes, masalah berat badan, atau hipertensi. Ibu juga dapat menghentikan kebiasaan buruk seperti merokok termasuk merokok pasif selama kehamilan. Pemeliharaan kesehatan sangat penting bagi ibu hamil, tidak hanya sebatas mencegah persalinan prematur.
Bila ibu termasuk kelompok yang berisiko tinggi untuk mengalami persalinan prematur, berkonsultasilah secara intens dengan dokter kandungan untuk mengelolanya dan mempersiapkan diri. Dokter mungkin dapat memberikan obat-obatan dan perawatan tertentu untuk menekan risiko ibu hamil dan menyiapkan rencana penanganan yang tepat bila persalinan prematur pada akhirnya terjadi.
Persalinan prematur dapat dihentikan. Banyak ibu hamil (bumil) yang diberi obat untuk memperlambat atau menghentikan persalinan prematur. Pada beberapa kasus, persalinan dapat diperlambat cukup lama sehingga bumil dapat dibawa ke rumah sakit yang memiliki neonatal intensive care unit (NICU) – unit perawatan khusus untuk bayi yang baru lahir. Para ibu juga diberi obat-obatan yang dapat meningkatkan kesehatan sang bayi, meskipun bayi mereka lahir lebih cepat.
Perawatan untuk mencegah persalinan premature. Selama bertahun-tahun, para dokter telah mencoba berbagai kiat untuk membantu mencegah terjadinya persalinan prematur, termasuk istirahat tirah baring (bedrest), perawatan prenatal intensif untuk perempuan berisiko tinggi, dan terapi obat untuk menghentikan terjadinya kontraksi rahim. Namun tak satupun dari kiat-kiat di atas yang efektif, meskipun pada individu-individu tertentu tindakan tersebut dapat membantu.
Namun demikian, pada tahun 2003, dua buah studi yang menggembirakan menunjukkan bahwa perawatan dengan menggunakan hormon progesterondapat mengurangi kejadian persalinan prematur pada ibu hamil yang sudah pernah mengalami persalinan prematur sebelumnya. Kelompok ini merupakan kelompok yang berisiko tinggi untuk kembali mengalami persalinan prematur. Menurut American College of Obstretricians and Gynecologists (ACOG), perawatan dengan progesterone (terkadang disebut 17P) harus diberikanhanya pada ibu hamil yang memenuhi semua kriteria di bawah ini:
·      Pernah mengalami persalinan prematur untuk satu orang bayi (bukan kembar dua, tiga atau lebih)
·      Persalinan dimulai secara alami (bukan dengan induksi)
·      Sedang menjalani kehamilan lagi dengan 1 janin
Para peneliti terus menyelidiki apakah ibu hamil lain yang juga berisiko tinggi, termasuk ibu hamil yang menjalani kehamilan kembar dua atau lebih juga mendapatkan keuntungan dengan adanya terapi 17P. Sejumlah penelitian menitikberatkan pada efektivitas pemberian antibiotikdalam mengurangi risiko terjadinya persalinan prematur. Perawatan dengan antibiotik kelihatannya membantu memperpanjang masa kehamilan pada bumil yang mengalami robekan prematur (kantung ketuban pecah sebelum 37 minggu). Kondisi ini (juga disebut sebagai PROM) seringkali menyebabkan terjadinya persalinan prematur.
Antibiotik juga diberikan pada ibu hamil yang mengalami infeksi vaginal, seperti bacterial vaginosis (BV) dan trichomoniasis. Ibu hamil yang mengalami gangguan ini mungkin sekali mengalami peningkatan risiko persalinan prematur. Namun sebagian besar studi tidak dapat menunjukkan bahwa antibiotik mengurangi risiko persalinan dini pada sebagian besar perempuan dengan infeksi genital seperti ini.
Ada beberapa studi yang mengatakan bahwa sebuah prosedur yang disebutcerclage (dimana dokter melakukan jahitan pada rahim agar tetap tertutup) juga dapat membantu mengurangi risiko persalinan prematur pada bumil yang sebelumnya pernah mengalami persalinan prematur dan juga memiliki abnormalitas tertentu pada rahim. Dokter akan membuka jahitan tadi pada saat kehamilan mencapai usia sekitar 37 minggu.
Saat ini para ibu yang mengalami persalinan sebelum kehamilannya berusia 34 minggu seringkali menjalani perawatan dengan beberapa obat-obatan (yang disebut tocolytics). Obat-obatan ini seringkali dapat memperlambat persalinan selama sekitar 48 jam sehingga memberikan waktu tambahan untuk dapat memberikan perawatan dengan obat-obatan kortikosteroid pada ibu hamil. Kortikosteroid akan mempercepat pematangan paru-paru serta organ lainnya pada janin, mengurangi risiko kematian bayi, dan komplikasi serius lainnya yang disebabkan oleh persalinan prematur, termasuk sindrom stres pada organ respiratori (masalah pernapasan) dan perdarahan pada otak. Para dokter merekomendasikan kortikosteroid bila ibu hamil kemungkinan akan mengalami persalinan sebelum usia kehamilan 34 minggu.

Sabtu, 08 Desember 2012

PERSALINAN PREMATUR



Oleh Nia Dwi Yuliati

Persalinan prematur adalah persalinan yang terjadi ketika usia kehamilan belum mencapai 37 minggu. Persalinan prematur merupakan masalah yang selalu menjadi perhatian karena menjadi salah satu penyebab utama kematian neonatal (bayi baru lahir). Persalinan prematur menjadi penyebab tingginya angka kematian bayi karena kondisi bayi yang masih lemah. Bayi yang lahir prematur juga memiliki risiko tinggi memiliki cacat neurologis bawaan, termasuk cerebral palsy, cacat penglihatan, dan gangguan kecerdasan, terutama bila usia kehamilan di bawah 32 minggu. Bayi tersebut juga berisiko tinggi untuk masalah kesehatan jangka panjang, termasuk penyakit kardiovaskular (serangan jantung, stroke, dan tekanan darah tinggi) dan diabetes.
Angka persalinan prematur di seluruh dunia berkisar antara 10-20 persen. Indonesia sendiri memiliki angka kelahiran prematur sekitar 19%. Di negara-negara maju, insiden persalinan prematur dapat dikurangi dengan kualitas kesehatan yang lebih baik dan berbagai tindakan pencegahan. Penyebab persalinan prematur tidak diketahui, namun faktor-faktor berikut dapat meningkatkan risikonya:
1.    Ibu atau saudaranya lahir prematur. Studi di Universitas Aberdeen menemukan bahwa seorang ibu yang lahir prematur atau memiliki saudara yang lahir prematur berisiko 60 persen melahirkan bayi prematur pada kehamilan pertama. Pada kehamilan berikutnya, potensi kelahiran prematur menurun jadi 50 persen.
2.    Ibu pernah mengalami persalinan prematur. Jika seorang ibu pernah melahirkan premature maka ia memiliki risiko 30 persen akan mengulanginya. Jika ibu pernah dua kali melahirkan prematur, kemungkinannya adalah 70 persen ia akan kembali melahirkan prematur.
3.    Ibu memiliki bayi kembar. Bayi kembar memiliki sekitar 50 persen kemungkinan dilahirkan prematur. Untuk kembar tiga, peluangnya adalah 83 persen untuk dilahirkan prematur.
4.    Ibu memiliki kelainan rahim atau serviks (leher rahim) tertentu, termasuk leher rahim yang pendek.
5.    Ibu hamil yang memiliki masalah kesehatan. Hipertensi dan diabetes adalah kondisi yang paling umum yang berhubungan dengan persalinan prematur. Kondisi lain seperti gangguan autoimun dan infeksi juga meningkatkan risiko persalinan prematur. Riset menunjukkan bahwa respon kekebalan tubuh terhadap infeksi bakteri tertentu, seperti bakterial vaginosis dan trikomoniasis, dapat memicu persalinan prematur.
6.    Ibu hamil yang mengalami perdarahan vagina setelah 20 minggu kehamilan.
Perdarahan pada rahim memicu pelepasan protein tertentu (trombin) yang dapat merusak selaput ketuban, yang dapat mengakibatkan ketuban pecah dini. Trombin juga merangsang kontraksi rahim, yang dapat merangsang persalinan prematur.
Ibu hamil yang memiliki beberapa faktor risiko lain yang berhubungan dengan persalinan prematur tetapi tidak selalu menyebabkan persalinan prematur, seperti merokok, mengalami kenaikan/penurunan berat badan ekstrem selama kehamilan, menggunakan obat-obatan terlarang, memiliki stres tinggi, dan lain-lain.

Selasa, 04 Desember 2012

PERSALINAN DENGAN PRE-EKLAMPSIA



            Oleh Nia Dwi Yuliati

Pre-eklampsia adalah suatu kondisi medis di mana timbul hipertensi dalam kehamilan (kehamilan-induced hipertensi) dalam hubungannya dengan jumlah signifikan protein dalam urin. Pre-eklampsia mengacu pada satu set gejala bukan faktor penyebab, dan ada banyak penyebab yang berbeda untuk kondisi tersebut. Tampaknya mungkin bahwa ada zat-zat dari plasenta yang dapat menyebabkan disfungsi endotel di pembuluh darah ibu perempuan rentan. Sementara tekanan darah elevasi adalah tanda yang paling terlihat dari penyakit itu, melibatkan kerusakan pada endotel umum ibu, ginjal, dan hati, dengan rilis faktor vasokonstriksi yang sekunder terhadap kerusakan asli.
Pre-eklampsia dapat berkembang dari 20 minggu kehamilan (itu dianggap onset dini sebelum 32 minggu, yang dikaitkan dengan peningkatan morbiditas). Kemajuannya berbeda antara pasien, kebanyakan kasus yang didiagnosis pra-panjang. Pre-eklampsia juga dapat terjadi hingga enam minggu pasca-melahirkan. Selain operasi caesar atau induksi persalinan (dan karenanya pengiriman plasenta), tidak ada obat dikenal. Ini adalah yang paling umum dari komplikasi kehamilan yang berbahaya, itu dapat mempengaruhi baik ibu dan anak yang belum lahir. dan gejala tambahan.
Pre-eklampsia dapat berkembang menjadi eklampsia, ditandai dengan penampilan tonik-klonik. Hal ini hanya terjadi sangat jarang. Meskipun eklampsia adalah fatal, pra-eklampsia sering tanpa gejala, maka deteksi tergantung pada tanda-tanda atau investigasi. Meskipun demikian, salah satu gejala yang sangat penting karena sangat sering disalahartikan. Para nyeri epigastrium, yang mencerminkan keterlibatan hati dan khas dari sindrom HELLP, mudah mungkin bingung dengan mulas, masalah yang sangat umum kehamilan. Namun, tidak membakar dalam kualitas, tidak menyebar ke atas menuju tenggorokan, terkait dengan kelembutan hati, bisa menjalar sampai ke belakang, dan tidak berkurang dengan memberikan antasida. Hal ini sering sangat parah, yang digambarkan oleh penderita sebagai nyeri terburuk yang pernah mereka alami. Perempuan yang terkena tidak jarang disebut sebagai dokter bedah umum menderita perut akut, misalnya kolesistitis akut.
Secara umum, tidak ada tanda-tanda pre-eklampsia adalah spesifik, kejang bahkan di kehamilan lebih mungkin untuk memiliki penyebab lain selain eklampsia dalam praktek modern. Diagnosis, oleh karena itu, tergantung pada kebetulan menemukan beberapa pra-eklampsia fitur, bukti akhir yang regresi mereka setelah melahirkan. Beberapa wanita mengalami tekanan darah tinggi tanpa proteinuria (protein dalam urin), ini disebut Kehamilan-induced hypertension (PIH) atau hipertensi gestasional. Kedua pre-eclampsia dan PIH dianggap sebagai kondisi yang sangat serius dan memerlukan pemantauan yang cermat dari ibu dan janin.
Pre-eklampsia terjadi pada sebanyak 10% dari kehamilan, biasanya pada trimester kedua atau ketiga, dan setelah minggu ke-32. Beberapa wanita akan mengalami pre-eklampsia sedini 20 minggu, meskipun hal ini jarang terjadi. Hal ini jauh lebih umum pada wanita yang hamil untuk pertama kalinya, dan frekuensi turun secara signifikan pada kehamilan kedua. Sementara perubahan ayah pada kehamilan berikutnya sekarang diduga menurunkan risiko, kecuali pada mereka dengan riwayat keluarga hipertensi kehamilan, karena peningkatan usia ibu meningkatkan risiko telah sulit untuk mengevaluasi bagaimana perubahan signifikan sebenarnya ayah dan penelitian menyediakan data yang bertentangan tentang titik ini.
Pre-eklampsia juga lebih umum pada wanita yang telah ada sebelumnya hipertensi, diabetes, penyakit autoimun seperti lupus, thrombophilias berbagai mewarisi seperti Faktor V Leiden, atau penyakit ginjal, pada wanita dengan riwayat keluarga pra-eklampsia, wanita gemuk, dan pada wanita dengan kehamilan multipel (kembar, kembar tiga, dan banyak lagi). Risiko paling signifikan tunggal untuk mengalami pre-eklampsia adalah telah memiliki pre-eklampsia pada kehamilan sebelumnya.
Pre-eklampsia juga dapat terjadi dalam periode pasca-partum segera. Hal ini disebut sebagai "melahirkan pra-eklampsia." Waktu yang paling berbahaya bagi ibu adalah 24-48 jam setelah melahirkan perhatian dan hati-hati harus dibayar untuk pra-eklampsia tanda-tanda dan gejala.

Sabtu, 01 Desember 2012

HIPERTENSI PADA KEHAMILAN



Oleh Nia Dwi Yuliati

Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan  dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen  kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu.

Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu:
1.      Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu.
2.      Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preeklamsia yang disertai dengan kejang.
3.      Preeklamsia superimposed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil.
4.      Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan darah kembali normal setelah melahirkan (postpartum). Hipertensi gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada kehamilan anak pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi kronik sebelum hamil. Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/ paternitas baru, usia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/ kegemukan, dan selang waktu jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun.
Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan pada fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme pembuluh darah (kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan diameter lumen pembuluh darah mengecil/ menciut). Perubahan respons imun ibu terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga berperan pada terjadinya preeklamsia. Kerusakan endotel tidak hanya menimbulkan mikrotrombosis difus plasenta (sumbatan pembuluh darah plasenta) yang menyebabkan plasenta berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu dengan bertambahnya berat badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak bengkak pada kedua tungkai, bengkak pada tangan dan wajah), edema paru, dan/ atau hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak normal akibat mikrotrombosis difus, akan menurunkan aliran darah dari rahim ke plasenta. Hal tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dan bermanifestasi secara klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/ rahim dan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit).
Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di dalam tulisan di atas, pemeriksaan kehamilan secara berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat. Lebih lanjut, perempuan yang menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi medisnya setelah melahirkan.





Jumat, 30 November 2012

TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG


EKSTRAKSI TOTAL PADA PERSALINAN SUNGSANG PERVAGINAM
(Part 6)

oleh : Suchi avnalurini shariff

Persalinan sungsang pervaginam dimana keseluruhan proses persalinan anak dikerjakan sepenuhnya oleh penolong persalinan.
Jenis ekstraksi total :
1.      Ekstraksi bokong
2.      Ekstraksi kaki

Penjelasan :

1.      EKSTRAKSI BOKONG

Tindakan ini dikerjakan pada letak bokong murni dengan bokong yang sudah berada didasar panggul.
Tehnik :
Jari telunjuk penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan jalan lahir dan diletakkan pada lipat paha depan anak. Dengan jari tersebut, lipat paha dikait. Untuk memperkuat kaitan tersebut, tangan lain penolong mencekap pergelangan tangan yang melakukan kaitan dan ikut melakukan traksi kebawah (gambar 18 dan 19). Bila dengan traksi tersebut trochanter depan sudah terlihat dibawah arcus pubis, jari telunjuk tangan lain segera mengait lipat paha belakang dan secara serentak melakukan traksi lebih lanjut untuk melahirkan bokong (gambar 20). Setelah bokong lahir, bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik” dan janin dilahirkan dengan cara yang sudah dijelaskan pada ekstraksi bokong parsialis.

Gambar 18 Kaitan pada lipat paha depan untuk melahirkan trochanter depan


Gambar 19 Untuk memperkuat traksi bokong, dilakukan traksi dengan menggunakan kedua tangan seperti terlihat pada gambar.

Gambar 20 Traksi dengan kedua jari untuk melahirkan bokong

2.      EKSTRAKSI KAKI

Setelah persiapan selesai, tangan penolong yang sesuai dengan bagian kecil anak dimasukkan secara obstetris kedalam jalan lahir, sedangkan tangan lain membuka labia.Tangan yang didalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong – pangkal paha sampai belakang lutut (fosa poplitea) dan kemudian melakukan fleksi dan abduksi paha janin sehingga sendi lutut menjadi fleksi (gambar 21). Tangan yang diluar (dekat dibagian fundus uteri) mendekatkan kaki janin untuk mempermudah tindakan mencari kaki janin tersebut diatas (gambar 22). Setelah lutut fleksi, pergelangan kaki anak dipegang diantara jari ke II dan III dan dituntun keluar dari vagina (gambar 23)


 
Gambar 21 Tangan dalam mencari kaki dengan menyelusuri bokong sampai fosa poplitea

Gambar 22 Bantuan tangan luar dibagian fundus uteri dalam usaha mencari kaki janin

Gambar 23 c, d , e

Rangkaian langkah mencari dan menurunkan kaki pada persalinan sungsang (maneuver Pinard)
Kedua tangan penolong memegang betis anak dengan meletakkan kedua ibu jari dibelakang betis sejajar dengan sumbu panjangnya dan jari-jari lain didepan tulang kering. Dengan pegangan ini dilakukan traksi curam bawah pada kaki sampai pangkal paha lahir. Pegangan kini dipindahkan keatas setinggi mungkin dengan kedua ibu jari dibelakang paha pada sejajar sumbu panjangnya dan jari lain didepan paha. Dengan pegangan ini pangkal paha ditarik curam bawah sampai trochanter depan lahir ( gambar 24).


Setelah bokong lahir, dilakukan pegangan femuropelvik dan dilakukan traksi curam dan selanjutnya untuk menyelesaikan persalinan bahu dan lengan serta kepala seperti yang sudah dijelaskan.
Gambar 26. Terlihat bagaimana cara melakukan pegangan pada pergelangan kaki anak. Sebaiknya digunakan kain setengah basah untuk mengatasi licinnya tubuh anak ; Traksi curam bawah untuk melahirkan lengan sampai skapula depan terlihat .
Gambar 27. Pegangan selanjutnya adalah dengan memegang bokong dan panggul janin (jangan diatas panggul anak). Jangan lakukan gerakan rotasi sebelum skapula terlihat.
Gambar 28. Skapula sudah terlihat, rotasi tubuh sudah boleh dikerjakan
Gambar 29. Dilakukan traksi curam atas untuk melahirkan bahu belakang yang diikuti dengan gerakan untuk membebaskan lengan belakang lebih lanjut.
Gambar 30. Persalinan bahu depan melalui traksi curam bahwa setelah bahu belakang dilahirkan ; Lengan depan dilahirkan dengan cara yang sama dengan melahirkan lengan belakang.