Selasa, 06 November 2012

PERSALINAN DENGAN PERDARAHAN POSTPARTUM


Oleh NIA DWI YULIATI

Perdarahan adalah kehilangan darah secara abnormal, rata-rata kehilangan darah selama pelahiran pervaginam yang ditolong dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500 ml ; kehilangan darah rata-rata selama seksio sesaria sekitar 1000 ml (Varney, 2008). Perdarahan postpartum yang terdahulu merupakan kehilangan 500 ml darah atau lebih setelah kelahiran pervaginam, adalah tipe kehilangan darah berlebihan yang paling umum dan paling serius di bidang obstetri. Definisi perdarahan postpartum yang lebih bermakna adalah kehilangan berat badan 1 % atau lebih karena 1 ml darah beratnya 1 gram (Bobak, 2005)
Menurut Manuaba (2008) waktu terjadinya perdarahan postpartum dibagi menjadi dua macam yaitu : Perdarahan postpartum primer (early postpartum hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebabnya adalah atonia uteri, retensio plasenta, plasenta rest,  trauma persalinan (rupture uteri dan hematoma), gangguan pembekuan darah. Dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir. Penyebabnya adalah plasenta rest dan tertinggalnya selaput ketuban, trauma persalinan (bekas seksio sesarea pembuluh darahnya terbuka), infeksi yang menimbulkan subinvolusi implantasi plasenta.
Penyebab primer perdarahan postpartum dapat disingkat dengan 4 4T yaitu, tone/tonus (atonia uteri), trauma (perlukaan jalan lahir, inverse uteri), tissue/ jaringan (retensi plasenta dan plasenta akreta, thrombin (gangguan koagulasi).
Menurut  Waspodo (2006) penatalaksanaan perdarahan secara umum adalah  Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal (saat masuk).  Pimpin persalinan dengan mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan perdarahan pascapersalinan). Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan (di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadual hingga 4 jam berikutnya (di ruang rawat gabung). Perhatikan asuhan mandiri. Selalu siapkan keperluan tindakan gawat darurat. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi. Atasi syok (lihat penanganan syok).  Pastikan kontraksi berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40 tetesan per menit. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, ekplorasi kemungkinan robekan jalan lahir. Bila perdarahan uterus berlangsung, lakukan uji beku darah . Pasang kateter menetap dan pantau masuk ke luar cairan. Cari penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik.
Pencegahan perdarahan postpartum menurut Nugroho (2010) .Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan postpartum. Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut : Pemberian uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi dilahirkan. Penjepitan dan pemotongan tali pusat dengn cepat dan tepat. Penarikan tali pusat dengan lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus berkontraksi dengan baik. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar