Oleh NIA DWI YULIATI
Perdarahan adalah
kehilangan darah secara abnormal, rata-rata kehilangan darah selama pelahiran
pervaginam yang ditolong dokter obstetrik tanpa komplikasi lebih dari 500 ml ; kehilangan
darah rata-rata selama seksio sesaria sekitar 1000 ml (Varney, 2008). Perdarahan
postpartum yang terdahulu merupakan kehilangan 500 ml darah atau lebih setelah
kelahiran pervaginam, adalah tipe kehilangan darah berlebihan yang paling umum
dan paling serius di bidang obstetri. Definisi perdarahan postpartum yang lebih
bermakna adalah kehilangan berat badan 1 % atau lebih karena 1 ml darah
beratnya 1 gram (Bobak, 2005)
Menurut Manuaba (2008) waktu terjadinya perdarahan
postpartum dibagi menjadi dua macam yaitu : Perdarahan
postpartum primer (early postpartum
hemorrhage) yang terjadi dalam 24 jam setelah anak lahir. Penyebabnya
adalah atonia uteri, retensio plasenta, plasenta rest, trauma persalinan (rupture uteri dan
hematoma), gangguan pembekuan darah. Dan perdarahan postpartum sekunder (late postpartum hemorrhage) yang terjadi
antara 24 jam dan 6 minggu setelah anak lahir. Penyebabnya adalah plasenta rest
dan tertinggalnya selaput ketuban, trauma persalinan (bekas seksio sesarea
pembuluh darahnya terbuka), infeksi yang menimbulkan subinvolusi implantasi
plasenta.
Penyebab
primer perdarahan postpartum dapat
disingkat dengan 4 4T yaitu, tone/tonus (atonia uteri), trauma (perlukaan jalan
lahir, inverse uteri), tissue/ jaringan (retensi plasenta dan plasenta akreta, thrombin
(gangguan koagulasi).
Menurut
Waspodo (2006) penatalaksanaan perdarahan secara umum adalah Ketahui dengan pasti kondisi pasien sejak awal
(saat masuk). Pimpin persalinan dengan
mengacu pada persalinan bersih dan aman (termasuk upaya pencegahan perdarahan
perdarahan pascapersalinan). Lakukan observasi melekat pada 2 jam pertama pascapersalinan
(di ruang persalinan) dan lanjutkan pemantauan terjadual hingga 4 jam
berikutnya (di ruang rawat gabung). Perhatikan asuhan mandiri. Selalu siapkan
keperluan tindakan gawat darurat. Segera lakukan penilaian klinik dan upaya
pertolongan apabila dihadapkan dengan masalah dan komplikasi. Atasi syok (lihat
penanganan syok). Pastikan kontraksi
berlangsung baik (keluarkan bekuan darah, lakukan pijatan uterus, beri
uterotonika 10 IU IM dilanjutkan infuse 20 IU dalam 500 cc NS/RL dengan 40
tetesan per menit. Pastikan plasenta telah lahir dan lengkap, ekplorasi
kemungkinan robekan jalan lahir. Bila perdarahan uterus berlangsung, lakukan
uji beku darah . Pasang kateter menetap dan pantau masuk ke luar cairan. Cari
penyebab perdarahan dan lakukan tindakan spesifik.
Pencegahan
perdarahan postpartum menurut Nugroho
(2010) .Bukti dan penelitian menunjukkan bahwa penanganan aktif pada persalinan
kala III dapat menurunkan insidensi dan tingkat keparahan perdarahan postpartum.
Penanganan aktif merupakan kombinasi dari hal-hal berikut : Pemberian
uterotonik (dianjurkan oksitosin) segera setelah bayi dilahirkan. Penjepitan
dan pemotongan tali pusat dengn cepat dan tepat. Penarikan tali pusat dengan
lembut dengan traksi balik uterus ketika uterus berkontraksi dengan baik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar