Sabtu, 03 November 2012

PERSALINAN DENGAN INERSIA UTERI

oleh NIA DWI YULIATI
Inersia uteri adalah kelainan his yang kekuatannya tidak adekuat untuk melakukan pembukaan serviks atau mendorong janin keluar (Prawirohardjo, 2008). Disini kekuatan his lemah dan frekuensinya jarang. Sering dijumpai pada penderita dengan keadaan umum kurang baik seperti anemia, uterus yang terlalu teregang misalnya akibat hidramnion atau kehamilan kembar atau makrosomia, grandemultipara atau primipara, serta para penderita dengan keadaan emosi kurang baik.

Dapat terjadi pada kala pembukaan serviks, fase laten atau fase aktif maupun pada kala pengeluaran insersia uteri di bagi atas 2 kekuatan, yaitu Insersia uteri primer yang terjadi pada permulaan fase laten, sejak awal telah terjadi his yang tidak adekuat sehingga sering sulit untuk memastikan apakah penderita telah memasuki keadaan inpartu atau belum. Kemudian insersia uteri sekunder yaitu terjadi pada fase aktif kala I dan kala II, permulaan his, baik kemudian pada keadaan selanjutnya terdapat gangguan/kelainan.

Jumat, 02 November 2012

TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG


PERSALINAN BAHU DAN LENGAN
(Part 3/1)
 Oleh : Suchi avnalurini shariff

Gambar 3 : Pegangan “Femuro Pelvic” pada pertolongan persalinan sungsang pervaginam

Pegangan pada panggul anak sedemikian rupa sehingga ibu jari penolong berdampingan pada os sacrum dengan kedua jari telunjuk pada krista iliaka anterior superior : ibu jari pada sakrum sedangkan jari-jari lain berada didepan pangkal paha (gambar 3).
Dilakukan traksi curam kebawah sampai menemui rintangan (hambatan) jalan lahir. Selanjutnya bahu dapat dilahirkan dengan menggunakan salah satu dari cara-cara berikut :
1.      Lovset
2.      Klasik
3.      Muller

Rabu, 31 Oktober 2012

PERSALINAN MACET DENGAN EKSTRAKSI VACUM

Riffqi Kurniawati
Persalinan dengan vakum dilakukan bila ada indikasi membahayakan kesehatan serta nyawa ibu atau anak, maupun keduanya. Jika proses persalinan cukup lama sehingga ibu sudah kehilangan banyak tenaga, maka dokter akan melakukan tindakan segera untuk mengeluarkan bayi, misalnya dengan vakum. Keadaan lain pada ibu, yaitu adanya hipertensi (preeklamsia) juga merupakan alasan dipilihnya vakum sebagai alat bantu persalinan. Daam keadaan demikian, Anda tidak boleh mengejan terlalu kuat karena mengejan dapat mempertinggi tekanan darah dan membahayakan jiiwa Anda. Vakum juga dikerjakan apabila terjadi gawat janin yang ditandai dengan denyut jantung janin lebih dari 160 kali permenit atau melambat mencapai 80 kali permenit yang menandakan bahwa bayi telah mengalami kekurangan oksigen (HIPOKSIA).

Alasan utama untuk menggunakan vakum ekstraksi adalah jika ada keterlambatan atau tidak ada kemajuan dalam persalinan pada tahap kedua atau pemantauan janin menunjukkan bayi dalam gawat janin.

Hal ini mungkin disebabkan oleh penggunaan analgesia, khususnya epidural.Wanita yang juga memilih untuk memiliki epidural tidak bisa merasakan kontraksi mereka yang berarti mereka tidak memiliki umpan balik dari tubuh mereka tentang kemajuan bayi mereka.

Selasa, 30 Oktober 2012

SEKSIO SESARIA



SEKSIO SESARIA
NI LUH JULIANI
SC (Seksio Sesaria) merupakan tindakan yang paling konservatif dalam kebidanan. Indikasi klasik yang dapat dikemukakan sebagai dasar seksio sesaria adalah persalinan lama sampai persalinan lambat, rupture uteri iminen, gawat janin, janin besar melebihi 4000 gram, dan perdarahan antepartum.  Dengan indikasi klasik didapatkan masih tingginya morbiditas dan mortalitas sehingga terjadi perubahan sikap yang lebih liberal terhadap pelaksanaan SC. Oleh karena itu, sejak tahun 1960 terdapat perubahan sikap klinis obstrikus dan perinatologi untuk melaksanakan tindakan SC lebih liberal sehingga menurunkan morbiditas dan mortalitas ibu dan janinnya. (Manuaba, 2002) Seksio sesarea adalah suatu cara melahirkan janin dengan membuat sayatan pada dinding depan perut atau vagina, atau suatu histerotomy untuk melahirkan janin dari dalam rahim (mochtar,1998). Dikatakan juga seksio sesarea adalah memindahkan fetus dari uterus melalui insisi yang dibuat dalam dinding abdomen dan uterus (Long,1996).
Indikasi
Menurut Kasdu (2003) indikasi seksio sesarea di bagi menjadi dua faktor yaitu Faktor Bayi, Bayi terlalu besar, kelainan letak bayi, ancaman gawat janin (Fetal Distres), gangguan pada janin melalui tali pusat, gangguan pada bayi juga diketahui adanya mekonium dalam air ketuban, janin abnormal, faktor plasenta, kelainan tali pusat, multiple pregnancy. Faktor Ibu meliputi usia, eklamsia, Tulang Panggul, Persalinan sebelumnya dengan operasi, faktor hambatan jalan lahir, ketuban pecah dini.
Jenis-jenis
Menurut Mochtar (1998), arah sayatan operasi seksio sesarea dibagi : Seksio sesarea klasik (Corporal) Seksio sesarea dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kira – kira 10 centimeter. Jenis ini mempunyai kelebihan: Mengeluarkan janin lebih cepat, tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih tertarik Sayatan bisa di perpanjang proksimal atau distal. Sedang kekurangannya adalah : Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal, untuk persalinan selanjutnya sering terjadi rupture uteri spontan. Seksio sesarea ismika (Profunda) Seksio sesarea dilakukan dengan membuat syatan melintang konkaf pada segmen bawah rahim (Low Servic Transversal) kira – kira 10 centimeter.
Dengan kelebihan : penjahitan luka lebih mudah, perdarahan berkurang dibandingkan cara klasik, kemungkinan rupture uteri spontan kecil. Sedangkan kekurangannya : Luka dapat melebar kekiri, kekanan sehingga menyebabkan arteri uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan lebih banyak Komplikasi seksio sesarea. Menurut Mochtar (1998).
Yaitu meliputi Infeksi peurperal (nifas) Kenaikan suhu beberapa hari merupakan infeksi ringan, kenaikan suhu yang disertai dehidrasi serta perut kembung termasuk infeksi sedang. Sedangkan peritonitis, sepsis serta ileus paralitik merupakan infeksi berat, perdarahan dapat disebabkan karena pembuluh darah banyak yang terputus atau dapat juga karena atonia uteri, luka kandung kemih, emboli paru dan terluka kandung kemih bila repertonial terlalu tinggi, kemungkinan ruptur uteri spontan pada kehamilan mendatang.


Senin, 29 Oktober 2012

PERSALINAN DENGAN INDUKSI


 Oleh : NIA DWI YULIATI

Proses Persalinan dengan Induksi, Sakit kah?


Proses persalinan berlangsung lambat. Ibu pun tidak kunjung mulas dan melahirkan. Saat hal ini terjadi, mungkin jawaban untuk memudahkan proses persalinan adalah dengan cara operasi caesar. Namun tidak sedikit Ibu hamil yang tetap menginginkan proses persalinan alamiah. Jika ini terjadi, maka yang bisa dilakukan adalah dengan melakukan induksi. Cara ini juga dilakukan untuk mengurangi resiko komplikasi yang dapat terjadi seperti gawat janin atau bayi yang lahir terlalu besar.
Induksi persalinan adalah suatu upaya stimulasi mulainya proses persalinan (dari tidak ada tanda-tanda persalinan, kemudian distimulasi menjadi ada). Cara ini dilakukan sebagai upaya medis untuk mempermudah keluarnya bayi dari rahim secara normal. Kapan proses induksi harus dilakukan? Induksi dilakukan ketika Ibu hamil tidak merasakan adanya kontraksi atau his. Padahal kehamilannya sudah memasuki tanggal perkiraan lahir bahkan lebih (sembilan bulan lewat). Selain itu, induksi dilakukan dengan alasan kesehatan Ibu , misalnya si Ibu menderita tekanan darah tinggi, terkena infeksi serius, atau mengidap diabetes. Kondisi lain adalah jika ukuran janin terlalu kecil yang bila dibiarkan terlalu lama dalam kandungan diduga akan beresiko/membah ayakan hidup janin. Membran ketuban pecah sebelum ada tanda-tanda awal persalinan dan plasenta keluar lebih dahulu sebelum bayi juga bisa menjadi alasan untuk melakukan induksi.
Walaupun sepertinya proses induksi ini dilakukan untuk menghindari bahaya saat proses persalinan, namun bukan berarti induksi tidak memiliki resiko.
1. Adanya kontraksi rahim yang berlebihan. Itu sebabnya induksi harus dilakukan dalam pengawasan yang ketat dari dokter yang menangani. Jika  Ibu merasa tidak tahan dengan rasa sakit yang ditimbulkan, biasanya dokter akan menghentikan proses induksi kemudian akan dilakukan operasi caesar.
2. Janin akan merasa tidak nyaman sehingga dapat membuat bayi mengalami gawat janin (stress pada bayi). Itu sebabnya selama proses induksi berlangsung, dokter akan memantau gerak janin melalui cardiotopografi . Bila dianggap terlalu beresiko menimbulkan gawat janin, proses induksi akan dihentikan.
3. Dapat merobek bekas jahitan operasi caesar. Hal ini bisa terjadi pada yang sebelumnya pernah di operasi caesar, lalu menginginkan kelahiran normal.
4. Emboli. Meski kemungkinannya sangat kecil sekali namun tetap harus diwaspadai. Emboli terjadi apabila air ketuban yang pecah masuk ke pembuluh darah dan menyangkut di otak Ibu, atau paru-paru. Bila terjadi, dapat merenggut nyawa Ibu seketika.

PERSALINAN PATOLOGIS DENGAN TALI PISAT MENUMBUNG

oleh : Tifani Wida Saputri 
A. PENGERTIAN
Tali Pusat Menumbung adalah keadaan tali pusat ada di samping atau di bawah bagian terbawah janin. Meskipun merupakan komplikasi yang jarang – kurang dari 1 persen (0.3 sampai 0.6 persen) – tetapi artinya besar sekali oleh karena angka kematian janin yang tinggi dan bahaya untuk ibu bertambah besar akibat tindakan operatif yang digunakan dalam penanganannya. Penekanan tali pusat antara bagian terbawah janin dengan panggul ibu mengurangi atau menghentikan aliran darah ke janin dan bila tidak dikoreksi akan menyebabkan kematian bayi.

B. KLASIFIKASI TALI PUSAT MENUMBUNG
Presentasi tali pusat. Ketuban utuh. Tali pusat menumbung. Ketuban pecah. Tali pusat menempati salah satu dari tiga kedudukan:

1. Terletak di samping bagian terbawah janin di PAP. Penumbungan yang tidak begitu nyata seperti ini lebih sering dari yang umumnya diduga. Keadaan ini dapat menyebabkan kematian bayi dalam persalinan tanpa meninggalkan bukti-bukti sedikitpun pada persalinan per vaginam.
2. Turun ke vagina.
3. Melewati introitus dan ke luar dari vagina. ETIOLOGI Bila bagian terbawah janin tidak menutup dan mengisi PAP dengan sempurna maka ada bahaya terjadinya tali pusat menumbung. Risikonya lebih besar pada presentasi majemuk dan bila ketuban pecah.

C. ETIOLOGI
   Penyebab terbanyak adalah kelainan letak bayi, terutama letak lintang. Berikut ini adalah faktor resiko untuk terjadinya TPM:
· Multiparitas (Kehamilan yang banyak)
· Prematuritas (bayi kurang bulan) atau berat badan lahir rendah (BBLR)
· Kelainan letak (sungsang, serong, lintang)
· Bayi dengan kelainan bawaaan
· Disproprsi kepala dengan panggul (DKP
· Tumor di rongga panggul
· Plasenta letak rendah
· Hydramnion (air ketuban banyak)
· Makrosomia (bayi besar)
· Persalinan kembar (bayi ke 2)
· Tali pusat yang panjang

D.PEMERIKSAAN VAGINA
Pemeriksaan vaginal harus dilakukan  Jika terjadi gawat janin yang tidak diketahui sebabnya. dan terutama jika bagian terbawah belum turun. Sayangnya mungkin gawat janin merupakan gejala yang akhir.dapat pula dilakukan pada kasus ketuban pecah dengan bagian terendah yang masih tinggi, Pada semua kasus malpresentasi pada waktu ketuban pecah.

E. PENANGANAN
Penanganan kasus TPM jika bayi masih (bisa) hidup yang pertama: jika janin masih hidup, ibu segera di tempatkan dalam posisi nungging (knee-chest position, telentang dengan bokong ditinggikan / kepala di rendahkan atau tidur miring untuk mencegah talipusat semakin menumbung. Posisi-posisi ini dimaksudkan agar tali pusat tidak terjepit menjelang dipersiapkannya operasi. Jangan mencoba untuk memasukkan kembali secara manual. Dilakukan operasi cesar segera. Persalinan pervaginam bisa dilakukan jika pembukaan sudah lengkap dan tidak ada kontra indikasi persalinan normal, artinya kondisi janin dan detak jantungnya tetap stabil. Hanya saja memang harus disiapkan oksigen untuk berjaga-jaga apabila sang bayi terjadi asfiksia. Jika di RS, Persalinan dipercepat dengan bantuan vakum atau forsep.

Minggu, 28 Oktober 2012

PERSALINAN DENGAN DISTOSIA BAHU


Distosia Bahu

oleh : NIA DWI YULIATI 
tanggal 28 oktober 2012   jam 20.37 WIB


Distosia bahu didefinisikan sebagai impaksi (hambatan) lahirnya bahu bayi setelah lahirnya kepala dan berkaitan dengan peningkatan insidensi morbiditas dan mortalitas bayi akibat cedera pleksus brachialis dan asfiksia. Diagnosis ini harus dipikirkan ketika dengan traksi kebawah yang memadai tidak dapat melahirkan bahu. Tanda distosia bahu lainnya adalah jika setelah kepala melalui serviks kemudian tampak kepala kembali tertarik balik ke dalam (turtle sign)
Distosia bahu biasanya terdapat kasus makrosomia. Resiko nya meningkat 11 kali lipat bayi dengan BB 4000 g dan 22 kali lipat pada bayi 4500 g. sekitar 50 % kasus terjadi pada bayi dengan BB kurang dari 4000 g. bayi posterm dan makrosomia beresiko mengvalami distosia bahu karena pertumbuhan trunkal dan bahu tidak sesuai dengan pertumbuhan kepala pada masa akhir kehamilan. Faktor resiko lainnya adalah obesitas maternal, riwayat melahirkan bayi besar, diabetes mellitus, dan diabetes gestational. Distosia bahu harus dicurigai pada pemanjangan kala II atau pemanjangan fase deselerasi pada kala I.

Penatalaksanaan
- ALARMER

Ask for help 
Panggil bantuan, karena akan dibutuhkan banyak tenaga. Hubungi dokter anak. Catat lama waktu terjadinya distosia, tidak boleh ada tarikan pada kepala selama bahu belum dilahirkan.
Lift – bokong dan kaki 
Dilakukan manuver Mc Roberts yaitu dengan hiperrefleksi sendi pinggul ibu, sehingga mendatarkan tulang belakang lumbal dan rotasi pelvis ke ventral, hal ini akan menambah diameter outlet bagian posterior.
Anterior disimpaction of shoulder 
- rotate to oblique 
letakkan tangan kedalam vagina dibelakang oksiput bayi, dan dorong bahu depan untuk menjadi miring (manuver Rubin)
- suprapubic pressure 
Dilakukan penekanan pada suprapubic. (Manuver Massanti)
Tidak boleh dilakukan penekanan pada fundus, karena hal tersebut hanya akan semakin menekan bahu janin ke simfisis pubis dan dapat mengakibatkan rupture uteri.
Rotation of the posterior shoulder – manuver Wood 
Lakukan manuver Wood’s Screw. Bahu posterior dirotasikan 180 derajat kedepan dan usahakan untuk melahirkan bahu ini terlebih dahulu.
Manual removal of posterior arm 
Lengan belakang difleksikan dan disapu melewati dada janin, kemudian lahirkan tangan.
Episiotomy 
dilakukan episiotomi. Jangan ragu untuk membuat irisan yang lebar hingga mencapai mukosa rectum
Tindakan terakhir : 
• Fraktur klavikula 
Satu atau kedua klavikula dipatahkan menggunakan ibu jari kearah luar untuk menghindari cedera paru dan arteri subklavia. 
• cephalic replacement (manuver Zavenelli) 
dilakukan manuver zavanelli dengan cara : mempersiapkan operasi sesar. Berikan relaksan uterus seperti terbutalin atau nitrogliserin. Kepala janin difleksikan dan dikembalikan ke uterus, kemudian dilakukan operasi sesar. 
• simfisiotomi 
Dilakukan simfisiotomi sembari menyingkirkan urethra ke lateral, dengan menggunakan jari telunjuk dan jari tengah yang diletakkan di sisi posterior simfisis dan memotong bagian kartilaginosa simfisis.
Roll Over 
Setelah selesai tindakan : 
• Antisipasi PPP 
• eksplorasi laserasi dan trauma 
• Pemeriksaan fisik bayi untuk melihat adanya perlukaan. 
• Menjelaskan proses persalinan dan manuver yang dilakukan. 
• Catat tindakan yang dilakukan

Hindari 4 “P” : 
 Panic 
 Pulling = menarik 
(pada kepala) 
 Pushing = mendorong 
(pada fundus) 
 Pivoting 
(memutar kepala secara tajam, dengan koksigis sebagai tumpuan)

Sumber: 
- Johns Hopkins Manual of Gynecology and Obstetrics (JHUObg™) , Publisher: Lippincott Williams & Wilkins 
- Merck Manual of Diagnosis and Therapy (Merck_Manual™), Publisher: Merck Research Laboratories 
- ALARM International

TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG


SPONTAN BRACHT
(Part 2)
Oleh : Suchi avnalurini shariff

Pertolongan dimulai setelah bokong nampak di vulva dengan penampang sekitar 5 cm. Suntikkan 5 unit oksitosin im dengan tujuan bahwa dengan 1–2 his berikutnya fase cepat dalam persalinan sungsang spontan pervaginam akan terselesaikan. Dengan menggunakan tangan yang dilapisi oleh kain setengah basah, bokong janin dipegang sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari penolong berada pada bagian belakang pangkal paha dan empat jari-jari lain berada pada bokong janin (gambar 1).
Pada saat ibu meneran, dilakukan gerakan mengarahkan punggung anak ke perut ibu (gerak hiperlordosis) sampai kedua kaki anak lahir. Setelah kaki lahir, pegangan dirubah sedemikian rupa sehingga kedua ibu jari sekarang berada pada lipatan paha bagian belakang dan ke empat jari-jari berada pada pinggang janin (gambar 2).
Dengan pegangan tersebut, dilakukan gerakan hiperlordosis dilanjutkan (gerak mendekatkan bokong anak pada perut ibu) sedikit kearah kiri atau kearah kanan sesuai dengan posisi punggung anak. Gerakan hiperlordosis tersebut terus dilakukan sampai akhirnya lahir mulut-hidung-dahi dan seluruh kepala anak. Pada saat melahirkan kepala, asisten melakukan tekanan suprasimfisis searah jalan lahir dengan tujuan untuk mempertahankan posisi fleksi kepala janin. Setelah anak lahir, perawatan dan pertolongan selanjutnya dilakukan seperti pada persalinan spontan pervaginam pada presentasi belakang kepala.

Gambar 1 : Pegangan panggul anak pada persalinan spontan Bracht

Gambar 2 : Pegangan bokong anak pada persalinan spontan Bracht

Prognosis
1.       Prognosis lebih buruk dibandingkan persalinan pada presentasi belakang kepala.
2.       Prognosa lebih buruk oleh karena :
·         Perkiraan besar anak sulit ditentukan sehingga sulit diantisipasi terjadinya peristiwa “after coming head”.
·         Kemungkinan ruptura perinei totalis lebih sering terjadi.

Sebab kematian anak:
1.      Talipusat terjepit saat fase cepat.
2.      Perdarahan intrakranial akibat dekompresi mendadak waktu melahirkan kepala anak pada fase lambat kedua.
3.      Trauma collumna vertebralis.
4.      Prolapsus talipusat.