PERSALINAN DENGAN ATONIA UTERI
Oleh : NIA DWI YULIATI
Atonia uteri
adalah keadaan lemahnya tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak
mampu menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta setelah bayi
dan plasenta lahir. Perdarahan oleh karena atonia uteri dapat dicegah karena :
melakukan secara rutin manajemen aktif kala III pada semua wanita yang bersalin
karena hal ini dapat menurunkan insidena perdarahan pascapersalinan akibat atonia uteri. Pemberian misoprostol peroral
2-3 tablet (400-600 µg) segera setelah bayi lahir.
Faktor
predisposisinya adalah : regangan rahim berlebihan karena kehamilan gemeli,
polihidramniopn, atau anak yang terlalu besar. Kelelahan karena persalinan lama
atau persalinan kasep. Kehamilan grande-multipara. Ibu dengan keadaan umum yang
jelek, anemis, atau menderita penyakit menahun. Mioma uteri yang menggangu
kontraksi rahim. Infeksi intrauterine. Ada riwayat pernah atonia uteri sebelumnya.
Diagnosis
ditegakkan bila setelah bayi dan plasenta lahir ternyata perdarahan masih aktif
dan banyak, bergumpal dan pada palpasi didapatkan fundus uteri masih setinggi
pusat atau lebih dengan kontraksi yang lembek. Perlu diperhatikan bahwa pada
saat atonia uteri didiagnosis, maka
pada saat itu juga masih ada darah sebanyak 500-1000 cc yang sudah keluar dari
pembuluh darah, tetapi masih terperangkap dalam uterus dan harus diperhitungkan
dalam kalkulasi pemberian darah pengganti.
Banyaknya
darah yang hilang akan mempengaruhi keadaan umum pasien. Pasien bisa masih
dalam keadaan sadar, sedikit anemis, atau sampai syok berat hipovolemik. Tindakan
pertama yang harus dilakukan bergantung pada keadaan kliniknya. Pada umumnya
dilakukan secara simultan (bila pasien syok) hal-hal sebaga berikut : sikap
trendelenburg, memasang venous line,
dan memberikan oksigen. Sekaligus merangsang uteri dengan cara : massage fundus
uteri dan merangsang putting susu, pemberian oksitosin dan turunan ergot
melalui suntikan secara i.m.,i.v., atau s.c., memberikan derivate prostaglandin
F2α yang kadang memberikan efek samping berupa diare, hipertensi, mual, muntah,
febris, dan takikardi. Pemberian misoprostol 800-1000 µg per-rektal, kompresi
bimanual eksterna dan atau internal, kompresi aorta abdominalis, pemasangan “tampon
kondom” dalam kavum uteri disambung dengan kateter, difiksasi dengan karet
gelang dan diisi cairan infuse 200 ml yang akan mengurangi perdarahan dan
menghindari tindakan operatif. Bila semua tindakan itu gagal, maka dipersiapkan
untuk dilakukan tindakan operatif laparatomi dengan pilihan bedah konservatif
(mempertahankan uterus) atau melakukan histerektomi. Alternatifnya yaitu berupa
: ligasi ateria uterine atau arteria ovarika, operasi ransel B Lynch,
histerektomi supravaginal, histerektomi total abdominal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar