Minggu, 11 November 2012

Sejarah Sesio Ceaseria

Sejarah Sesio Ceaseria

oleh Ni luh juliani

Sejarah Bedah caesar dilakukan di Kahura, Uganda. Sebagaimana diamati oleh R. W. Felkin tahun 1879. Pada 1316, Robert II dari Skotlandia dilahirkan dengan bedah caesar, ibunya Marjorie Bruce, kemudian meninggal. 
Bukti pertama mengenai ibu yang selamat dari bedah sesar adalah di Siegershausen, Swiss tahun 1500: Jacob Nufer, seorang pedagang babi, harus membedah istrinya setelah proses persalinan yang lama. Prosedur bedah sesar di waktu lampau mempunyai angka kematian yang tinggi. 
Di Britania Raya dan Irlandia, angka kematian akibat bedah sesar pada 1865 adalah 85%. Beberapa penemuan yang membantu menurunkan angka kematian antara lain: Pengembangan prinsip-prinsip asepsis, Pengenalan prosedur penjahitan rahim oleh Max Sänger pada 1882, Bedah sesar extraperitoneal dilanjutkan dengan sayatan mendatar rendah (Krönig, 1912), Perkembangan teknik anestesi, Transfusi darah, Antibiotik. Pada 5 Maret 2000, Inés Ramírez melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri dan berhasil mempertahankan nyawanya dan juga bayinya, Orlando Ruiz Ramírez. Ia dipercaya sebagai satu-satunya wanita yang melakukan bedah caesar pada dirinya sendiri.


Etiologi 

Ada beberapa unsur yang dapat menjelaskan asal kata "caesar". 
Istilah dapat diambil dari kata kerja bahasa Latin caedere yang berarti "membedah". 
Dengan demikian "bedah caesar" menjadi gaya bahasa retoris, Istilah yang mungkin diambil dari pemimpin Romawi kuno Julius Caesar yang disebut-sebut dilahirkan dengan metode tersebut. Dalam sejarah, hal ini sangat tidak memungkinkan karena ibunya masih hidup ketika ia mencapai usia dewasa (bedah caesar tidak mungkin dilakukan pada masa tersebut terkait dengan teknologi yang tidak mendukung), tetapi legenda tersebut telah bertahan sejak abad ke-2 SM. Hukum Romawi yang menjelaskan bahwa prosedur tersebut perlu dilakukan pada ibu hamil yang meninggal untuk menyelamatkan nyawa sang bayi. Hal ini dikenal dengan istilah lex caesarea, sehingga hukum Romawi mungkin menjadi asal usul istilah ini. Secara umum, istilah "bedah sesar" merupakan gabungan dari hal-hal tersebut di atas. Kata kerja caedo dalam kalimat a matre caesus ("membedah ibunya") digunakan pada masa Romawi untuk mendeskripsikan operasi tersebut.

Jenis Sebuah operasi caesar sedang dalam proses. 

Ada beberapa jenis bedah sesar: 
  • Jenis klasik yaitu dengan melakukan sayatan vertikal sehingga memungkinkan ruangan yang lebih besar untuk jalan keluar bayi. Akan tetapi jenis ini sudah sangat jarang dilakukan hari ini karena sangat berisiko terhadap terjadinya komplikasi. Sayatan mendatar di bagian atas dari kandung kemih sangat umum dilakukan pada masa sekarang ini. Metode ini meminimalkan risiko terjadinya pendarahan dan cepat penyembuhannya. 
  • Histerektomi caesar yaitu bedah caesar diikuti dengan pengangkatan rahim. Hal ini dilakukan dalam kasus-kasus dimana pendarahan yang sulit tertangani atau ketika plasenta tidak dapat dipisahkan dari rahim. Bentuk lain dari bedah caesar seperti bedah sesar ekstraperitoneal atau bedah sesar Porro. 
Bedah sesar berulang dilakukan ketika pasien sebelumnya telah pernah menjalan bedah sesar. Umumnya sayatan dilakukan pada bekas luka operasi sebelumnya. Di berbagai rumah sakit, khususnya di Amerika Serikat, Britania Raya, Australia dan Selandia Baru, sang suami disarankan untuk turut serta pada proses pembedahan untuk mendukung sang ibu. 
 
Dokter spesialis anastesi umumnya akan menurunkan kain penghalang ketika si bayi dilahirkan agar orang tua si bayi dapat melihat bayinya. Rumah sakit di Indonesia umumnya tidak memperbolehkan adanya orang lain turut serta waktu persalinan dengan bedah sesar termasuk sang suami. 
 
Hal-hal lainnya yang dapat menjadi pertimbangan disarankannya bedah sesar antara lain: 
  • proses persalinan normal yang lama atau kegagalan proses persalinan normal (distosia), 
  • detak jantung janin melambat (fetal distress), 
  • adanya kelelahan persalinan, 
  • komplikasi pre-eklampsia, 
  • sang ibu menderita herpes, 
  • putusnya tali pusar, 
  • risiko luka parah pada rahim, 
  • persalinan kembar (masih dalam kontroversi), 
  • sang bayi dalam posisi sungsang atau menyamping, 
  • kegagalan persalinan dengan induksi, 
  • kegagalan persalinan dengan alat bantu (forceps atau vakum), 
  • bayi besar (makrosomia - berat badan lahir lebih dari 4,2 kg), 
  • masalah plasenta seperti plasenta previa (ari-ari menutupi jalan lahir), 
  • placental abruption atau placenta accreta), 
  • kontraksi pada pinggul, 
  • sebelumnya pernah menjalani bedah caesar (masih dalam kontroversi), 
  • sebelumnya pernah mengalami masalah pada penyembuhan perineum (oleh proses persalinan sebelumnya atau penyakit Crohn), 
  • angka d-dimer tinggi bagi ibu hamil yang menderita sindrom antibodi antifosfolipid, 
  • CPD atau cephalo pelvic disproportion (proporsi panggul dan kepala bayi yang tidak pas, sehingga persalinan terhambat), 
  • Kepala bayi jauh lebih besar dari ukuran normal (hidrosefalus), 
  • Ibu menderita hipertensi (penyakit tekanan darah tinggi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar