Oleh
Nia Dwi Yuliati
Kegawatdaruratan
pada kala III yang dapat menimbulkan perdarahan adalah terjadinya inverse uterus. Inverse uterus adalah
keadaaan dimana lapisan dala uterus (endometrium) turun dan keluar lewat ostium
uteri eksternum, yang dapat bersifat inkomplit sam pai komplit. Factor-faktor
yang memungkinkan hal itu terjadi adalah atonia uteri, serviks yang masih
membuka lebar, dan adanya kekuatan yang menarik fundus ke bawah (misalnya
karena plasenta akreta, inkreta, dan perkreta, yang tali pusatnya ditarik keras
dari bawah) atau ada tekanan pada fundus uteri dari atas (maneuver Crede) atau
tekanan intraabdominal yang keras dan tiba-tiba (misalnya batuk keras atau
bersin).
Melakukan
traksi umbilicus pada pertolongan aktif III dengan uterus yang masih atonia
memungkinkan terjadinya inversion uteri. Inversi
uteri ditandai dengan tanda-tanda : Syok karena kesakitan, perdarahan
banyak yang bergumpal, di vulva tampak endometrium terbalik dengan atau tanpa
plasenta yang nasih melekat, bila baru terjadi, maka prognosis cukup baik akan
tetapi bila kejadiannya cukup lama, maka jepitan serviks yang mengecil akan
membuat uterus mengalami iskemia, nekrosis, dan infeksi.
Secara
garis besar tindakan yang dilakukan untuk mengatasai inverse uterus sebagai berikut :
1. Memanggil
bantuan anastesi dan memasang infis untuk cairan / darah pengganti dan
pemberian obat.
2. Beberapa
senter memberikan tokolitik/ MgSO4 untuk melemaskan uterus yang
terbalik sebelum dilakukan reposisi manual yaitu mendorong endometrium ke atas
masuk ke dalam vagina dan terus melewati serviks sampai tangan masuk ke dalam
uterus pada posisi normalnya. Hal itu dapat dilakukan sewaktu plasenta sudah
terlepas atau tidak.
3. Di
dalam uterus plasenta dilepaskan secara manual dan bil berhasil dikeluarkan
dari rahim dan sambil memberikan uterotonika lewat infuse atau i.m. tangan
tetap dipertahankan agar konfigurasi uterus kembali normal dan tangan operator
baru dilepaskan.
4. Pemberian
antibiotika dan trasnfusi darah sesuai dengan keperluannya.
5. Intervensi
bedah dilakukan bila karena jepitan serviks yang keras menyebabkan manuver di
atas tidak bisa dikerjakan, maka dilakukan laparatomi untuk reposisi dan kalau
terpaksa dilakukan histerektomi bila uterus sudah mengalami infeksi dan
nekrosis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar