Sabtu, 17 November 2012

PERSALINAN DENGAN PARUT UTERUS


Part 1
Oleh Nia Dwi Yuliati

Diktum dari Cragin (1916) bahwa sekali dilakukan seksio secaria selanjutnya persalinan harus dilakukan seksio secaria ulang. Dictum ini sekarang sudah tidak dipakai lagi. Dahulu seksio secaria dilakukan dengan sayatan vertical pada korpus uteri (secara klasik), sekarang umumnya memakai teknik sayatan melintang pada segmen bawah rahim. Kejadian dehisens parut uterus dan uterus rupture meningkat dengan bertambahnya jumlah seksio secaria pada kehamilan berikutnya.
Seksio secarea elektif dilakukan pada wanita hamil dengan parut uterus yang akan melakukan sterilisasi tubektomi. Konseling mengenai keluarga berencana perlu ditekankan, krena morbiditas dan mortalitas meningkat pada wanita dengan parut uterus. Makin sering bersalin dengan seksio secarea makin besar bahaya terjadinya rupture uteri. Seksio secarea elektif dilakukan pada kehamilan cukup bulan dengan paru-paru janin yang matur dan dianjurkan pula dilakukan tubektomi parsialis.
Di beberapa rumah sakit dapat dilakukan induksi/ akselerasi persalinan dengan parut uterus dengan oksitosin. Induksi atau akselerasi persalinan pada parut uterus dengan menggunakan oksitosin atau derivate prostaglandin sangat berbahaya. Tidak dianjurkan untuk melakukan induksi atau akselerasi pada kasus persalinan dengan parut uterus. Hal ini perlu diperhatikan untuk menentukan prognosis persalinan pervaginam dengan parut uterus adalah sebagai berikut : jenis sayatan uterus yang telah dilakukan pada operasi terdahulu, indikasi opearsi seksio secarea terdahulu, apakah jenis operasi terdahulu adalah seksio secarea elektif atau emergensi, apa komplikasi operasi tedahulu.
Dilaporkan angka kejadian rupture uteri pada parut uterus cukup tinggi, terutama di Negara sedang berkembang. Angka kejadian di Negara maju hanya 0-2%, sedangkan di Negara sedang berkembang dilaporkan sampai 4 – 7%. Masalahnya berkait dengan kurangnya akses wanita untuk melahirkan di rumah sakit. Hal ini perlu diperhatikan dalam antisipasi terjadinya komplikasi kehamilan maupun persalinan ini sebagai berikut : selama kehamilan perlu konseling mengenai bahaya persalinan pada kasus parut uterus, tidak diperkenankan ibu bersalin di rumah atau puskesmas pada kasus parut uterus. Perlu konseling bahwa resiko persalinan untuk terjadinya dehisens dan rupture uteri adalah tinggi, sehingga perlu dilakukan rujukan segera.
Di Rumah Sakit perlu fasilitas yang memadai untuk menangani kasus seksio secarea emergensi dan dilakukan seleksi ketat untuk melakukan persalinan pervaginam dengan parut uterus. Upaya untuk menekan angka kejadian seksio secarea yang tinggi ini perlu dibuat protocol pertolongan persalinan yang baik, misalnya dengan melaksanakan manajemen persalinan aktif dan dibuat prosedur tetap (SOP) untuk kasus parut uterus.

Jumat, 16 November 2012

TEHNIK PERTOLONGAN PERSALINAN SUNGSANG


PERSALINAN BAHU DAN LENGAN
(Part 3/3)

Oleh : Suchi avnalurini shariff
 
3.    Persalinan bahu dengan cara Muller

Dimulai dari melahirkan bahu dan lengan depan lebih dahulu dibawah simfisis melalui ekstraksi disusul melahirkan lengan belakang di belakang ( depan sacrum ). Dipilih bila bahu tersangkut di Pintu Bawah Panggul
Gambar 9 : (kiri) Melahirkan bahu depan dengan ekstraksi pada bokong dan bila perlu dibantu dengan telunjuk jari tangan kanan untuk mengeluarkan lengan depan

Gambar 10 : (kanan) Melahirkan lengan belakang (inset : mengait lengan atas dengan telunjuk jari tangan kiri penolong)

Tehnik pertolongan persalinan bahu cara Muller :
Bokong dipegang dengan pegangan “femuropelvik”.Dengan cara pegangan tersebut, dilakukan traksi curam bawah pada tubuh janin sampai bahu depan lahir (gambar 9 ) dibawah arcus pubis dan selanjutnya lengan depan dilahirkan dengan mengait lengan depan bagian bawah. Setelah bahu dan lengan depan lahir, pergelangan kaki dicekap dengan tangan kanan dan dilakukan elevasi serta traksi keatas (gambar 10),, traksi dan elevasi sesuai arah tanda panah) sampai bahu belakang lahir dengan sendirinya. Bila tidak dapat lahir dengan sendirinya, dilakukan kaitan untuk melahirkan lengan belakang anak (inset pada gambar 10). Keuntungan penggunaan tehnik ini adalah oleh karena tangan penolong tidak masuk terlalu jauh kedalam jalan lahir maka resiko infeksi berkurang.